Selasa, 04 Mei 2010

MV. DOULOS : BERDAKWAH DARI ATAS AIR


Kapal tua dengan panjangnya 130 meter dan berbobot 6.670 ton, MV Doulos, buatan tahun 1914. Dalam Perang Dunia II, kapal ini awalnya bernama Madina. Amerika Serikat mengkhusukan kapal ini sebagai kapal Patroli dan mengangkut tawanan. Pada 1948 namanya ditukar denan Roma. Pada 1952, kapal ini kemudian berganti pemilik dan namanya diganti menjadi Franca C. Fasilitasnya juga dilengkapi dengan kasino dan kolam renang. Pada 1977 kapal “gaek” ini dioperasikan oleh sebuah Yayasan Penginjilan Gute Bucher fur All di Mosbach, Jerman Barat, dan nama kapal ini juga kemudian diganti menjadi MV Doulos.

BERDAKWAH, MEMBERITAKAN INJIL DARI ATAS AIR
Dalam bahasa Yunani, Doulos artinya ialah Hamba atau Pelayan Tuhan. Kapal ini dihuni 330 awak kapal yang berasal dari berbagai bangsa (tujuh di antaranya dari Indonesa). Para Pekerja Tuhan ini terdiri dari berbagai latar belakang aliran Gereja, meski merela menolak disebut sebagai Oikumene - tetapi interdenominasi - karena ada dari Lutheran, Calvinis, Methodist, Pantekosta, dan Prisberiterian.

MENJUAL BUKU-BUKU INJIL BERBAGAI BAHASA DUNIA
Untuk menhidupi napas dakwah, selain dan hasil penjualan buku-buku, mereka didukung sekitar seratus ribu donatur dari 55 negara. Dan MV Doulos yang dilayarkan Yayasan Pekabaran Injil Gute Bucher fur All di Mosbach, Jerman Barat, itu sudah sandar di 171 pelabuhan di berbagai negara. Kapal Penginjil ini mengunjungi Indonesia dan berlabuh di Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia 19 Maret 1988 lalu. Kegiatan awaknya, antara lain, memamerkan dan menjual 4 ribu judul buku - ada yang berbahasa Indonesia dan seperempatnya mengenai agama Kristen. "Sponsor kedatangan mereka adalah Persekutuan Injil Indonesia (PII) ," kata Soetjipto Danoekoesoemo, ketua panitianya.

MENGUNJUNGI REPUBLIK INDONESIA
Ketika di Belawan , 23 Maret 1988, pihak Panitia sempat menerima “Insruksi” dari Kabag Pammas Mabes Polri, Letkol. Ashari, yang isinya supaya kegiatan kapal MV. Doulos dibatasi di atas kapal saja. Selain itu, buku beraksara Cina tak boleh dijual atau dipamerkan, termasuk beberapa mengenai Saksi Jehovah, Aborsi dan Homoseks. Sedangkan khotbah dan kesaksian oleh rohaniwan asing di gereja setempat dilarang.
"Sudah sejak awal sebetulnya kami mengetahui ada rekan-rekan yang ingin berkhotbah di atas kapal, tapi kemudian ini dilarang oleh pemerintah," kata Soetjipto Danoekoesoemo, mantan Kapolri yang sekarang Ketua Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Jakarta Raya - yang bernaung di bawah Persekutuan Injil Indonesia (PII) itu.Kemudian Panitia hanya diizinkan untuk mengadakan dakwah, dengan Pendakwah dari awak kapal itu sendiri, itupun terbatas hanya dilakukan di atas kapal saja.

Adalah Mike Stachura, mantan tenaga peneliti sosial politik di Indonesia atas permintaan LIPI (1973-1974). Menurut Mike Stachura, selama 10 tahun masa pelayaran mereka dan sudah mengunjungi lima benua, belum pernah ada larangan atau pembatasan kegiatan yang demikian. "Kami tidak menerima penjelasan atau penyebab mengapa keputusan ini diberikan oleh kepolisian Republik Indonesia," kata ayah tiga anak itu. Kendati demikian, mereka harus mematuhi larangan itu.

IZIN MV. DOULOS DIBATASI
MV Doulos yang dikendalikan Carl Asaacson, 72 tahun, pada 28 Maret 1988 lalu berlayar ke Semarang. Kemudian berakhir di Tanjungpriok. Sedangkan jadwal ke Ujungpandang, Bitung, Ambon dibatalkan. Sebelumnya, MV Doulos berencana singgah selama tiga bulan di Indonesia. Namun Izin untuk MV. Doulos yang dikeluarkan oleh Kopkamtib kemudian dibatasi hingga 18 April 1988 dengan alasan bangsa Indonesia akan memasuki bulan suci Ramadan," kata Agus Lay. Memang, pertengahan April ini umat Islam memasuki bulan Ramadhan. "Kita harus saling menghormati. Panitia menyetujui pembatasan dengan memperpendek waktu labuh kapal. Ini menunjukkan ada kerukunan umat beragama," kata Dr. Tarmidzi Thahir selaku Sekjen Departemen Agama.