Dikatakannya 2000-an naskah budaya Batak kini disimpan rapi Belanda dan Jerman serta sekitar 1.000 naskah dalam bentuk lak-lak (kulit kayu) dan sisanya dalam bentuk bambu atau tulang. Ia tidak tahu naskah tersebut dari abad atau tahun berapa karena penulisnya tidak mencantumkan tanggal. Hanya saja ia tahu manuscrpt tersebut dibawa ke Belanda atau Jerman, sekitar tahun 1700-an. Uli Kozok yang fasih berbahasa Batak dan berbahasa Indonesia menambahkan, dari ribuan naskah Batak tersebut, baru 2 yang dapat diakses melalui internet oleh masyarakat Sumut karena telah diolah dalam bentuk digital, dua naskah tersebut berasal dari Bremen dan Biloit di Belanda.
Dari dua naskah yang telah ia olah dalam bentuk digital tersebut banyak dimanfaatkan masyarakat, khususnya mahasiswa untuk mencari informasi. Naskah Batak juga dianggap lebih aman dan terjamin keberadaan dan pelestariannya jika berada di luar negeri dibandingkan dengan Indonesia karena kalau di luar negeri peluang untuk diperjualbelikan atau disalahgunakan pihak-pihak tertentu jauh lebih kecil dibandingkan dengan di Indonesia. Sebaliknya di Indonesia banyak benda budaya yang seharusnya dijaga, tapi malah dijual.
Naskah Batak paling banyak berada di Tropen Museum Amsterdam, Univercitei Fsbiblio Fheek Leiden (Perpustakaan Universitas Leiden), dan Museum Antropologi Leiden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar